Minggu, 29 November 2015

Menghafal Al-Qurán: Mudah, menyenangkan, menyentuh hati!

Alhamdulillah…Alhamdulillah….tsumma Alhamdulillah…..
Segala puji dan syukur untuk Allah swt atas segala nikmat dan hidayah – Nya. Setelah bertahun – tahun kegiatan ku menghafal Al – Qur’an terhenti atau berjalan dengan sangat lamban… Kemaren, Jumat 14 Dzulqo’da 1431H / 22 Oktober 2010 kegiatan yang penuh berkah itu bisa berjalan kembali. Insya Allah aku dan teman – teman bertekad untuk menghafal Al Qur’an 30 juz. Halaqah Qur’an ini akan dibimbing oleh guru kami Ust. H. Ahmad Muzzammil, MF, Al Hafizh.
Insya Allah aku akan menuliskan taujih yang ku dapat di halaqah Qur’an tersebut di blog ini. Semoga bisa semakin mengingatkan dan menyemangati ku khususnya, juga sobat -sobat yang setia membaca tulisanku.
Pertemuan perdana kemaren dimulai dengan sedikit taujih dari ustadz, tes tilawah, dan kesepakatan sistem penyetoran hafalan. Apa saja taujih nya ?
Seorang penghafal Al Qur’an harus mengalokasikan waktunya 1 – 2 jam / hari khusus untuk menghafal, bukan hanya sekedar tilawah. Banyak sekali ? Sebenarnya itu hanya  4,2 – 8,3 % waktu kita dalam sehari. Tetapi semuanya kembali kepada diri kita. Jika kita bertekad hendak menghafal 30 juz Al  Qur’an maka waktu yang kita alokasikan memang harus banyak. Sebaliknya, jika kita bermalas – malasan atau hanya mengalokasikan sedikit waktu, maka akan sedikit pula hafalan kita, atau perlu waktu bertahun – tahun hingga hafal 30 juz di luar kepala.
Ustadz menjelaskan tentang 3 rukun menghafal. Kenapa beliau sebut rukun ? Karena ketiga hal itu harus ada dalam kegiatan menghafal Al Qur’an. Apa saja ketiga rukun itu ? Yaitu niat, guru, dan waktu. Ustadz mengatakan niat, bukan keinginan. Apa bedanya ? Keinginan biasanya baru berupa rencana (belum dijalankan), sedangkan niat bersifat lebih kuat, karena sudah diikuti dengan kerja nyata. Misalnya, ketika kita berniat sholat, maka pasti kita sudah berwudhu. Begitu pun dengan tahfidzul Qur’an, ketika kita berniat, maka berarti kita sudah mulai mencari guru dan menghafal.
Rukun kedua adalah guru. Seorang guru diperlukan untuk memantau kondisi hafalan kita, baik yang sudah dihafal maupun yang baru akan dihafal. Adanya guru juga membuat kita ‘terpaksa’ menghafal. Rukun ketiga adalah waktu. Ini sudah sedikit dijelaskan di awal. Bagaimana pun, kegiatan menghafal Al Qur’an dilakukan dengan membaca dan banyak mengulang. So pasti, waktu harus ada. Tidak akan mungkin bisa menjadi hafidz Qur’an jika kita tidak menyediakan waktu khusus.
Ada juga faktor penting lain, yaitu lingkungan. Faktor ini akan mempengaruhi semangat kita. Ketika kita sering berada dalam halaqah Qur’an, maka semangat utk menghafal akan terus ada dalam jiwa kita. So, ciptakan dan sering2 lah berada dalam lingkungan orang2 sholeh dan penghafal Qur’an.
Lalu bagaimana dengan orang yang belum mau menghafal Qur’an karena takut lupa ? Bukankah ada dalil yang mengatakan bahwa ketika kita lupa akan hafalan maka berdosa (dalilnya kemaren gak sempat nyatet, ada yang bisa bantu?). Kata ustadz tergantung lupanya. Jika disengaja maka berdosa. Jika lupa itu tidak disengaja, maka hal itu adalah hal yang manusiawi, karena memang tabiat manusia itu pelupa. Lupa yang disengaja adalah jika kita sengaja tidak memuroja’ah (mengulang) hafalan yang telah kita miliki. Na’udzubillaah min dzalik…
Bagaimana teknis menghafal ? Tidak ada teknis yang baku dalam menghafal Al – Qur’an, kembali ke masing2 individu, metode apa yang lebih cocok untuknya. Namun ada beberapa teknis yang biasa dilakukan, pertama adalah tentukan target per hari. Misalnya dalam sehari kita harus menghafal 5 baris. Sehingga dalam seminggu kita bisa setor 2 halaman. Kedua, tentukan waktu yang tepat. Pada umumnya otak kita akan mudah menghafal saat baru bangun tidur, baik tidur malam (di subuh hari) atau tidur siang (di sore hari). Ketiga, gunakan Al – Qur’an yang standar, yaitu keluaran Madinah atau istilahnya Qur’an pojok. Dan sebaiknya juga gunakan Al Qur’an yang berukuran cukup besar, bukan Qur’an saku. Karena Qur’an yang besar tidak menyebabkan mata cepat letih, dan otak pun akan lebih mudah untuk merekam tulisannya, yang membantu kita dalam menghafal bacaannya.
Saat menghafal, baca ayat tersebut berulang kali. Biasanya kita dapat menghafalnya dengan lancar setelah diulang 20 kali. Tentunya ini juga tergantung individunya. Ada yang bisa lebih cepat, ada juga yang mungkin perlu lebih banyak pengulangan.
Ketika setoran hafalan dilakukan sepekan sekali. Ustadz menyarankan agar 5 hari pertama digunakan untuk menambah hafalan. Sedangkan dua hari menjelang setoran, digunakan untuk memuroja’ah. Tujuannya agar kita dapat menyetor hafalan dengan lancar, tidak terbata – bata.
Di akhir taujihnya, ustadz mengingatkan agar kita meluruskan niat dalam menghafal Al Qur’an. Menghafal bukan untuk dipuji atau banyak – banyakan (berlomba) hafalan. Namun jadikanlah kegiatan menghafal itu semata – mata untuk mencari ridho Allah, sebagai ibadah untuk mendekatkan diri pada – Nya, agar dekat dengan Al -Qur’an, dan hingga Al Qur’an itu menjadi suluk/akhlaq kita. Subhanallah….alangkah indahnya. Jadi teringat Rasulullah saw yang begitu dicintai oleh keluarga, para sahabat, bahkan dipuji oleh musuh2nya, karena beliau memiliki akhlaq qur’ani.
Yaa Allah….berilah kami kemudahan dalam menghafal dan mengamalkan isi Al Qur’an….curahkanlah senantiasa rahmat serta hidayah Mu, jadikanlah kami istiqomah di jalan ini….Aamiin….





by:https://yennihartati.wordpress.com/author/yennihartati/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar